Tulisan ini merupakan penggalan artikel B. Herry Priyono yang ditulis dalam buku Sesudah Filsafat - Esai-Esai untuk Franz Magnis Suseno. Tulisan ini tidak dimaksudkan untuk meringkas, apalagi menyederhanakan tulisan dari sang guru sendiri.
Dari artikel yang ditulisnya, Priyono menggambarkan proses kemunculan ilmu ekonomi dan penciptaan sosok yang biasa disebut homo oeconomicus. Pada awalnya homo oeconomicus hanya sekedar pengandaian antropologis dalam suatu refleksi filsafat moral tentang tatanan masyarakat yang selanjutnya meletakkan dasar-dasar ilmu ekonomi.
Dalam filsafat moral
Siasat untuk memenuhi kebutuhan hidup dalam keterbatasan sumber daya dalam obyek kajian ekonomi sudah setua umur manusia. Menurut Hesiodus, penyair kenamaan Yunani Kuno, manusia harus bekerja lantaran dewa-dewa membiarkan makanan tetap tersembunyi; karena jika tidak engkau akan memperolehnya dalam sehari apa yang engkau butuhkan untuk setahun.
Istilah ekonomi sendiri dikenalkan Xenophon, fisuf yunani melalui karyanya Oikonomikos yang berarti tata kelola rumah tangga.
Tonggak ekonomi bergeser saat Aristoteles dalam buku I Politics dan buku V Ethica Niconachea mulai menerjemahkan ekonomi dalam bingkai etika politik dengan soal hidup secara baik dalam polis.
Aristoteles melihat keadilan dalam 3 jenis keadilan yang meliputi: distributif, pemulihan dan komutatif. Aristoteles juga melihat riba sebagai jenis tindakan paling tercela karena keuntungan yang dihasilkan bukan dari pertukaran namun dari uang itu sendiri. Nilai ekonomi menurut teleologis aristoteles terletak bukan pada nilai tukar tapi nilai guna.
Refleksi ini berlanjut pada filsafat moral dalam bingkai teologi skolastik selama abad pertengahan dengan tokoh utama yang paling menonjol Thomas Aquinas. Dalam bukunya yang berjudul Summa Theologica ia memberikan panduan moral mengenai bentuk transaksi ekonomi dalam barang cacat dijual, bahaya dan pernyataannya dari pedagang.
Lantas kemudian apa sebenarnya tang dimaksud filsafat moral???
Filsafat moral bukan semata merupakan refleksi atas hal baik maupun buruk, melainkan wilayah refleksi sangat luas tentang sejarah intuisi, etika, estetika, adat, ekonomi politik dan lain sebagainya. Filsafat moral seperti diungkapkan Schumpeter dalam bukinya history of economics mencakup seluruh bidang yang kini menjadi wilayah ilmu sosial dan humaniora.
Gravitasi dalam ekonomi
Seperti hukum gravitasi dalam alam semesta seperti yang diungkapkan Newton, Adam Smith salah satu tokoh ekonomi juga dihantui hukum alam yang sama dalam kaidah ekonomi. Smith digelisahkan oleh pencarian prinsip gravitasi yang memungkinkan kesemerawutan gejala tidak berujung pada chaos, tetapi tatanan tertentu.
Smith menjadikan simpati sebgai poros prinsip gravitasi dalam tatanan moral. Seperti yang diungkapkan dalam bukunya The Theory of Moral Sentiments ia menulis:
"Karena kita tidak mempunyai pengalaman langsung mengenai apa yang dirasakan orang laib, kita tidak dapat mengerti dengan cara apa mereka dipengaruhi, kecuali dengan membayangkan apa yang kita sendiri seharusnya rasakan dalam situasi semacam"
Melalui prinsip gravitasi simpati dan rasa merasa terhadap sesama, bahkan menurut Smith bajingan yang paling besar, pelanggar paling ganas hukum masyarakat sekalipun gidak sepwnuhnya tanpa simpati.
(Bersambung....)
Komentar
Posting Komentar