Memudarnya Sosialisme di Eropa Timur (part 1)

Sosialisme merupakan suatu pemikiran mengenai perubahan ekonomi yang dilandasi dengan dasar moral kemasyarakatan yang memiliki tujuan akhir kesejahteraan bersama. Sosialisme menjadi dasar dari bentuk pemikiran/ideologi marxisme, maupun komunisme.

Paham sosialisme merebak dan berkembang di Eropa pada abad ke 19 sebagai respon terhadap renaissance pada abad 16; revolusi industri pada akhir abad 18 dan awal abad 19 yang pada akhirnya membentuk suatu bentuk pemikiran dengan apa yang dikenal sebagai kapitalisme.

Kapitalisme sendiri sebagaimana diungkapkan Heilbroner dan Mandel dalam Alkitri (2015) telah berdampak mengubah hubungan-hubungan sosial budaya, kesehatan mental, sekaligus perubahan infrastruktur yang mendorong terjadinya gejala akumulasi modal. Perubahan tersebut mengubah bentuk tatanan lama yang menghasilkan feodalisme menjadi suatu bentuk tatanan baru yang melahirkan borjuis.

Periode kapitalisme ditandai dengan sejumlah penemuan teknologi baru di berbagai belahan Eropa, disertai dengan merebaknya hak kepemilikan tanah dan eksploitasi perburuhan.

Bentuk-bentuk negatif inilah yang kemudian menghadapkan kapitalisme dengan sosialisme hingga memecah Eropa menjadi 2 sisi besar, yaitu Eropa Barat dengan dominasi sisi kapitalisme dan sisi Eropa Timur dengan dominasi Sosialisme.

Gambar 1. Capitalism vs Socialism

Sosialisme di belahan Eropa Timur telah melahirkan banyak diktator yang telah membuai sebagian besar masyarakatnya dengan konsep kesetaraan hak untuk mendapat penghasilan dan kolektifitas dalam kepemilikan. Akibatnya laju putaran ekonomi dan kreatifitas di Eropa Timur banyak menemui hambatan dalam pengembangannya. Hal ini mulai menimbulkan gesekan-gesekan di dalam internal Uni Soviet untuk memberikan dengan apa yang disebut demokrasi.

Pergantian pucuk pimpinan di kawasan Eropa Timur nyatanya hanya menjadi lembar "ceremonial" tanpa diikuti gerak perubahan. Hal tersebutlah yang kemudian memicu Gorbachev (1985) mengajukan program restrukturisasi atau reformasi di bidang ekonomi, sosial, politik, serta sosial budaya atau populer dengan sebutan perestroika.

Gambar 2. Gorbachev

Perestroika mengadung konsep Glasnot (keterbukaan) dan demokratiya (demokrasi) yang memiliki fungsi sebagai dasar pembangunan masyarakat sosialis terpadu untuk masa mendatang, sebagaimana tertulis dalam garis pedoman partai dalam kongres XXVII PKUS tahun 1987.

Kehadiran Perestroika telah menuntun Eropa Timur untuk membersihkan dirinya dari sistem pemerintahan ditaktor otoriter, bahkan di Uni Soviet sendiri, gagasan Perestroika telah memunculkan tekanan dari 3 negara baltik (Latvia, Lithuania dan Estonia) yang menuntut melepaskan diri dari Uni Soviet.

Selain merebaknya tuntutan dari 3 negara baltik untuk memisahkan diri, Perestroika juga membuat sejumlah negara di wilayah Soviet lainnya, termasuk Rusia sebagai salah satu bagian inti dari Uni Soviet untuk memerdekakan diri.

Rusia misalnya, memproklamasikan kedaulatannya pada 12 Juni 1991 dan memilih Boris Yeltsin sebagai presidennya. Tentang bagaimana sosialisme harus mengadopsi tatanan baru setelahnya dapat disimak dalam tulisan berikutnya (bersambung......)


Komentar