Cerita tentang mimpi "estafet" para dewa penguasa republik

Tulisan ini dibuat penulis kala hujan rintik menguasai Jakarta dan menyebabkan luapan air di depan ruas jalan kampus reformasi.

Dalam kondisi macet tak berkesudahan, penulis mencoba menceritakan kisah para penguasa yang terjebak dalam dilema nepotisme dan bahkan dalam banyak kesempatan "keblinger" akibat kekuasaan yang tak terbatas tanpa disertai keberanian konstitusi untuk melakukan pengaturan atasnya.

Kekuasaan yang terlampau kuat sejak jaman dahulu akan menghasilkan  rezim dengan penguasa tunggal.

Si "penguasa" pada awal karir perjuangan biasanya akan mencoba sekuat tenaga memberi sinar harapan bagi rakyat yang ada disampingnya, namun lambat laun kekuasaan tersebut menjadi racun yang melekat dan terus memompa keseluruh tubuh. Hingga akhirnya tanpa disadari si penguasa akan lunglai dalam pengaruh "racun kuasa".

Dan demi melanjutkan hidupnya, tak jarang para penguasa ini mencoba untuk menyiapkan para pewaris tahta republik.

Gila memang, tapi itulah potongan racun kuasa yang banyak dicontohkan penguasa dalam 5 dasawarsa terakhir.

Tulisan ini dibuat dengan mengisahkan cerita presiden pertama dan kedua Indonesia, disusul dengan cerita presiden Suriah, Mesir, Libia dan Irak.

Pilihan person sebagai bagian dari cerita tidak dimaksudkan untuk menegatifkan pribadi dari para sosok tersebut, tapi lebih sebagai sebuah upaya pembelajaran akan bahaya kekuasaan.

Selamat membaca....

Soekarno
Ia adalah presiden pertama Indonesia dan peletak pilar berdirinya negara Indonesia. Lahir dari rahim seorang ibu berdarh Bali, sosok Soekarno menjelma menjadi pemimpin besar revolusi sejak jaman penjajahan Belanda hingga menjabat presiden lebih dari 20 tahun lamanya.

Pada masa emas berkuasanya sang bung besar ini, ia menetapkan dasar demokrasi terpimpin sebagai jalan mengembangkan bangsa. Konsekuensi logis dari jalan yang dikembangkannya, ia menerima promosi sebagai presiden seumur hidup.

Beragam bintang kemasyuran terpampang jelas dalam jubah jabatannya selama memimpin republik dari tahun 1945 - 1966 dan dalam operasi senyap yang digelarnya, ia secara diam-diam telah menyiapkan putera mahkota sebagai pewaris kuasa tahtanya.

Namun apa mau dikata, laju ekonomi yang memburuk di pertengahan era 1960-an  ditambah geger berdarah pembunuhan sejumlah jenderal Angkatan Darat berangsur mengubur mimpinya. Ia pun lumat digerus perubahan pasca terbit dan ditandatanganinya "supersemar" di istana bogor. Nasibnya berkahir tragis bak tahanan politik. Segala kebesaran yang melekat dalam dirinya hilang tak bersisa dimakan gelombang perubahan.

Soeharto
Ia adalah sosok presiden kedua Indonesia. Karirnya dalam lingkar kekuasaan republik dimulai dari jalan militer. Ia adalah penguasa terlama di negeri ini yang telah memipin lebih dari 3 dekade.

Sebagai presiden dengan jabatan terlama, Soeharto dikenal sebagai sosok bapak pembangunan. Selain itu sebagai presiden berlatar belakang militer pertama, ia mendapat anugerah  jenderal besar dengan 5 bintang bertabur di pundaknya. Selama republik berdiri tercatat hanya ada 3 jenderal yang mendapat gelar ini.

Pertama ialah jenderal Soedirman; kedua adalah jenderal Nasution dan terakhir ialah jenderal Soeharto sendiri.

Selama kekuasaannya yang berlangsung lama, presiden Soeharto dengan kecanggihan politiknya memasang banyak bidak birokrat dan teknokrat, serta mengerahkan ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, sekarang TNI) untuk melapangkan jalan kekuasaanya.

Ditambah keputusan konstitusi yang tidak membatasi ruang masa jabatan sang jenderal, ia pun secara aklamasi "terus menerus" terpilih sebagai presiden.

Dan untuk menggantikan tapuk kekuasaannya akibat usia dan faktor penghambat lainnya, pada akhir tahun 1998an, ia secara diam-diam menyiapkan puteri sulungnya untuk menerima estafet kekuasaan.

Namun apa mau diakata, gelombang krisis ekonomi yang menghantam Thailand telah secara langsung memantik domino di kawasan termasuk Indonesia.

Dekade 1998 Indonesia mulai memasuki fase reformasi. Sang pewaris tahta yang kala itu terpilih sebagai salah satu menteri kabinet pembangunan VII tersapu dalam pusaran politik Indonesia. Karirnya terjun bersamaan dengan lengsernya sang ayahanda.

Sama dengan Indonesia, di negeri seberang, sepeti daratan benua afrika dan timur tengah hal yang menimpa dua penguasa Indonesia ini juga jamak terjadi.

Adalah presiden Suriah, Mesir, Libia dan Irak yang akan menjadi bahan diskusi dalam perenungan tulisan ini. Sajian akan cerita tentang mereka akan disampaikan sebagai berikut:

Suriah
Presiden Suriah sekarang, Bashar El Assad adalah seorang optomologis (dokter ahli mata) yang sedang belajar di London ketika secara mendadak dipanggil pulang ke tanah airnya kala presiden Hafez El Assad, ayahnya meninggal dunia.


Sebagai seorang pewaris tahta, ia adalah sosok yang berani dan memiliki ambisi untuk mempertahankan legitimasi kekuasaannya.

Bahkan saat gelombang musim semi arab merebak, secara gamblang ia mempertontonkan kuasa militer yang dimilikinya.

Hasilnya Suriah menjadi lapang tempat perang saudara berkecamuk. Tercatat lebih dari 100.000 jiwa melayang dan jutaan pengungsi memenuhi daratan Turki dan Eropa. Bahkan kecamuk perang saudara berhasil disisipi jaring teroris internasional ISIS, hal ini semakin memperparah kondisi kehidupan masyarakat. Namun demikian rezim Bashar tetap duduk dalam singgasana istana kepresidenan.

Mesir
Lain halnya dengan Suriah dimana presiden Bashar masih duduk dalam tampuk kekuasaan yang diwariskan ayahnya, di Mesir, presiden Husni Mubarak  yang konon telah mempersiapkan anaknya Gamal Mubarak untuk menduduki kursi kepresidenan yang akan ditinggalkan anakny, dalam faktualnya gagal untuk mewariskannya.

Gamal gagal menduduki kursi yang telah dipersiapkan. Rezim yang dibangun Gamal Abdel Naser dilanjutkan Anwar Sasat dan terakhir Mubarak terguling sebagai bagian "musim semi arab"

Libia
Sama halnya dengan rezim Mubarak di Mesir, di Libia, Muammar Gaddafi hampir pasti digantikan anaknya sendiri, Saiful Islam.

Namun seperti Mubarak, musim semi arab yang menerjang pemerintahan Libia berhasil meggulingkan presiden Gaddafi.

Bukan hanya terguling, sang presiden dan anaknya pun bahkan terbunuh di dua tempat terpisah. Presiden Gaddafi terbunuh dalam bunker rahasianya, sedangkan sang putera mahkota terbunuh di salah satu kediaman resminya di Libia.

Irak
Di Irak, Saddam Hussain pun telah menyiapkan salah seorang puteranya gang bisa dipastikan akan menggantikan dirinya jika Amerika Serika tidak menginvasi Irak pada awal dekade 2000.

Inilah penggalan kisah tentang bagaimana para penguasa yang mencoba untuk 0menggilas logika berpikikir republik untuk memenangkan pert)andingan kuasanya. Terbukti kuasa yang paling besar adalah kuasa rakyat dan diatasnya adalah kuasa Tuhan. Saat secara sengaja manusia mencoba bermain dengan api kuasa, bukan tidak mungkin bara api tersebut secara perlahan akan menghabisi nyawa si empunya.

Semoga beragam kisahpara tokoh diatas  dapat menjadi pelajaran bersama. Salam hangat dari belantara kampus reformasi, Universitas Trisakti


Komentar