Ide kapitalisme muncul sebagai bagian dari kepercayaan untuk menolong dan mencegah terjadinya konsentrasi kekuasaan karena ekonomi boleh berjalan sendiri tanpa pengaruh dari politik. Keyakinan ini di-amini banyak ekonom, semisal Schumpeter dalam bukunya yang terkenal Capitalism, Socialism dan Democracy yang menjelaskan bahwa pasar "limits the sphere of politics by limiting the spehere of public authority."
Melalui telaahnya ini Schumpeter mendekati hubungan demokrasi dan kapitalisme ini dari sejarah yang memperlihatkan bagaimana kaum borjuasi berhasil memperoleh independensinya di pasar sekaligus membatasi kekuasaan politik.
Pemisahan ekonomi dari politik menjadi suatu fenomena yang tidak terelakan. Akar pemikiran ini dapat ditelusuri dari Adam Smith dengan ucapnnya tentang invisible hands, tetapi juga diakui Karl Polanyi, pemikir yang paling tajam mengkritik pemisahan pasar dari politik.
Kapitalisme dianggap dapat mengatur kehidupannya sendiri/self regulating yang tidak memerlukan peranan negara dan ini sama dengan menumbuhkan civil society.
Namun telaah ini secara nyata dapat dianulir. Kapitalisme pada dasarnya membutuhkan tuntunan tangan negara dan hal tersebut telah diargumenkan kaum Marxis dan para pengikutnya bahkan sejak lebih dari 1 abad yang lalu. Premisnya sederhana, ketika kebebasan untuk berbicara dan berserikat dipakai oleh kaum tidak berpunya, pasti mereka akan mengancam harta milik dan keuntungan kaum kapitalis. Dengan cepat kaum kapitalis akan menelikung kebebasan politik kaum proletar demi menegakkan "ketertiban" dan melindungi harta milik. Bahkan mereka tidak ragu-ragu akan melindas parlemen jika langkah ini memang terpaksa harus diambil.
Semoga sikap dan sifat ini bukan representasi dari pengu(s)aha yang dalam nalar hari ini telah bersekutu menjadi 1 bagian yang haus kekuasaan dan ekonomi...
Komentar
Posting Komentar