Kelapa sawit atau dalam nama ilmiah disebut Elaeis guineesis merupakan tanaman yang diperkirakan berasal dari Nigeria, Afrika Barat meski dalam beberapa buku juga disebut sebagai tanaman yang berasal dari Brazil.
Tanaman sawit secara khusus mulai diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1848 dengan lokasi tanam di Kebun Raya Bogor.
Sebagai salah satu tanaman yang saat ini terkenal karena kemampuan produksinya dalam meningkatkan ekonomi masyarakat, tanaman sawit di Indonesia justru pada awal mulanya diposisikan sebagai salah satu tanaman hias yang berasal dari Afrika.
Pengalihan peruntukan dari tanaman hias menjadi tujuan komersial mulai terjadi pada tahun 1911 oleh Adrien Hallet seorang penjelajah asal Belgia yang kemudian diteruskan K. Schadt untuk dikembangkan secara lebih masif lagi dengan peruntukan lokasi yang berada di pantai timur sumatera dan aceh dengan bentang luasan yang mencapai 5.123 hektar
Lompatan Industri Kelapa Sawit di Indonesia
Setelah sempat menduduki tangga teratas sebagai salah satu komoditas andalan hindia belanda (merujuk kata Indonesia), produksi kelapa sawit mulai mengalami tekanan besar saat terjadi pergantian era penjajahan di masa jepang.
Faktor priotitas tanaman lain sebagai implementasi program tanam paksa era Jepang disinyalir mendorong susutnya lahan perkebunan kelapa sawit sebesar 16% yang kemudian menyebabkan anjloknya produksi minyak sawit di Indonesia kala itu (rerata produksi di era pemerintahan kolonial Belanda mencapai besaran 250.000 ton minyak sawit dan turun menjadi 56.000 ton pada era penjajahan Jepang).
Baru setelah era orde baru, tepatnya pada dekade 1980an, gelombang massif pembukaan lahan sawit mulai kembali menggeliat. Tercatat pada tahun 1980 terdapat kebun kelapa sawit dengan bentang mencapai 294.560 hektar yang mampu memproduksi CPO mencapai 721.172 ton.
Dan jika merujuk kondisi hari ini bentang luas kebun kelapa sawit telah mengalami peningkatan signifikan.
Saat ini setidaknya terdapat lebih dari 2 juta hektar kebun yang berada di pulau-pulau utama Indonesia.
Sebagai tambahan informasi menarik bahwa "manis" ekonomi sawit pun juga mengundang minat para taipan kaya Indonesia untuk mencoba perumtungannya. Saat ini hampir tidak ada taipan super kaya yang tidak memiliki kebun kelapa sawit. Sebut saja beberapa nama seperti keluarga Eka Tjipta Widjaja melalui Sinarmas Grup, T.P Rahmat melalui Triputra Grup dan Michael Sampoerna melalui Sampoerna Agro menjadi pemilik ratus ribu hektar kebun kelapa sawit
Menjadi satu hal menggerlitik ialah bagaimana kondisi dan dinamika perkebunan kelapa sawit di Indonesia dalam menjawab tantangan dan tuntutan global dalam menjawab aspek keberlanjutan?
Bersambung.......
Tanaman sawit secara khusus mulai diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1848 dengan lokasi tanam di Kebun Raya Bogor.
Sebagai salah satu tanaman yang saat ini terkenal karena kemampuan produksinya dalam meningkatkan ekonomi masyarakat, tanaman sawit di Indonesia justru pada awal mulanya diposisikan sebagai salah satu tanaman hias yang berasal dari Afrika.
Pengalihan peruntukan dari tanaman hias menjadi tujuan komersial mulai terjadi pada tahun 1911 oleh Adrien Hallet seorang penjelajah asal Belgia yang kemudian diteruskan K. Schadt untuk dikembangkan secara lebih masif lagi dengan peruntukan lokasi yang berada di pantai timur sumatera dan aceh dengan bentang luasan yang mencapai 5.123 hektar
Lompatan Industri Kelapa Sawit di Indonesia
Setelah sempat menduduki tangga teratas sebagai salah satu komoditas andalan hindia belanda (merujuk kata Indonesia), produksi kelapa sawit mulai mengalami tekanan besar saat terjadi pergantian era penjajahan di masa jepang.
Faktor priotitas tanaman lain sebagai implementasi program tanam paksa era Jepang disinyalir mendorong susutnya lahan perkebunan kelapa sawit sebesar 16% yang kemudian menyebabkan anjloknya produksi minyak sawit di Indonesia kala itu (rerata produksi di era pemerintahan kolonial Belanda mencapai besaran 250.000 ton minyak sawit dan turun menjadi 56.000 ton pada era penjajahan Jepang).
Baru setelah era orde baru, tepatnya pada dekade 1980an, gelombang massif pembukaan lahan sawit mulai kembali menggeliat. Tercatat pada tahun 1980 terdapat kebun kelapa sawit dengan bentang mencapai 294.560 hektar yang mampu memproduksi CPO mencapai 721.172 ton.
Dan jika merujuk kondisi hari ini bentang luas kebun kelapa sawit telah mengalami peningkatan signifikan.
Saat ini setidaknya terdapat lebih dari 2 juta hektar kebun yang berada di pulau-pulau utama Indonesia.
Sebagai tambahan informasi menarik bahwa "manis" ekonomi sawit pun juga mengundang minat para taipan kaya Indonesia untuk mencoba perumtungannya. Saat ini hampir tidak ada taipan super kaya yang tidak memiliki kebun kelapa sawit. Sebut saja beberapa nama seperti keluarga Eka Tjipta Widjaja melalui Sinarmas Grup, T.P Rahmat melalui Triputra Grup dan Michael Sampoerna melalui Sampoerna Agro menjadi pemilik ratus ribu hektar kebun kelapa sawit
Menjadi satu hal menggerlitik ialah bagaimana kondisi dan dinamika perkebunan kelapa sawit di Indonesia dalam menjawab tantangan dan tuntutan global dalam menjawab aspek keberlanjutan?
Bersambung.......
Sumber:
- Buku Sawit di Indonesia - Tata Kelola, Pengambilan Keputusan dan Implikasi bagi Pembangunan Berkelanjutan, 2011
- Buku Kaya dengan bertani kelapa sawit, 2015
- Diskusi dengan M Windrawan Inantha dan Jevelina P
Komentar
Posting Komentar