Fakta Sawit - Seri 3


Produksi dan Konsumsi Palm Oil selalu menyita perhatian banyak pihak. 
Ceruk ekonomi yang besar dan Rantai ekonomi yang panjang telah membuatnya menjadi salah satu topik pembahasan ekonomi, tapi tahukah anda tentang beberapa hal sebagai berikut:

Pertama,  87% dari total produksi global dihasilkan Indonesia dan Malaysia;

Kedua, Konsumsi palm oil/minyak sawit terus meningkat setiap tahunnya. Pertumbuhan demografi dan standar hidup di beberapa negara berkembang menjadi faktor pendorongnya. Berdasar data USDA FAS - Konsumsi Eropa menyumbang setidaknya 12% dari total konsumsi dunia. Konsumen utama minyak sawit adalah Cina, India dan Uni Eropa. Ketiga negara ini tidak menghasilkan minyak sawit mentah dan pemenuhan permintaan sepenuhnya diambil dari impor. pada tahun 2015 ketiga negara menyumbang 47,9% impor global; 
Secara global terdapat 3 juta petani yang terlibat di sektor ini. di Indonesia sendiri setidaknya terdapat 25 juta orang yang hidup secara tidak langsung dari kelapa sawit (WWF 2011);

Ketiga, Kedatangan kelapa sawit pertama di Asia Tenggara berasal dari 4 tanaman yang berasal dari Afrika Barat yang diperkennalkan di Kebun Raya Bogor pada tahun 1848. Baru kemudian pada tahun 1905, Adrian Hallet memperkenalkan dura yang merupakan turunan pertama serta ditanam di Sumatera;
Keempat, Hasil dari penanaman di Sumatera menghasilkan buah dengan kernel yang lebih kecil namun menghasilkan kandungan mintak yang lebih tinggi. Faktor ekologis di Sumatera seperti tanah yang lebih subur, curah hujan yang lebih teratur dan tinggi akan sinar matahari, serta hama penyakit yang lebih sedikit membuat perbedaan hasil produksi;
Kelima, Di Indonesia dan Malaysia, smallholder memiliki lebih dari 40% luas perkebunan dan terus bertumbuh. Pertumbuhan jumlah smallholder terutama petani independen merubah pola penjualan fruit bunches (tandan buah segar) yang dikirim ke mills;
Awalnya penjualan sebatas dilakukan ke mills (satu-satunya) di kawasan, namun seiring munculnya persaingan pabrik, pengangkut dan pengembang perkebunan yang bekerja untuk mencari keuntungan merubah pola yang ada;  
Keenam, Kelapa sawit menghasilkan sumber pendapatan yang tinggi bagi kelas menengah pedesaan. Di Sumatera misalnya, rata-rata pendapatan tahunan per hektar selama siklus penuh perkebunan mencapai 2,100 euro berbanding dengan sawah padi yang menghasilkan 200 euro (Feintrenie et al. 2010);

Ketujuh, Perbandingan pengembalian tenaga kerja (return on labor) lebih ketara, untuk kelapa sawit mendapat 36 euro per hari per orang berbanding dengan pekerja sawah padi yang mendapat 1,70 euro per hari per orang (Feintrenie et al. 2010). Smallholder (independen atau terkait dengan agro-industrial complexes) menghasilkan pertumbuhan pangsa pasar yang signifikan. Meski smallholder di Indonesia baru diberi kesempatan berpartisipasi pada tahun 1970, saat ini mereka mengelola 45% dari area tertanam. Di Thailand sekitar 76% dari perkebunan kelapa sawit dalam usia mature dimiliki smallholder psda 2009 (Teoh, 2010). 


Komentar