Produksi dan
Konsumsi Palm Oil selalu menyita perhatian banyak pihak.
Ceruk ekonomi yang
besar dan Rantai ekonomi yang panjang telah membuatnya menjadi salah satu
topik pembahasan ekonomi, tapi tahukah anda tentang beberapa hal sebagai
berikut:
Kedua,
Konsumsi palm oil/minyak sawit terus meningkat setiap
tahunnya. Pertumbuhan demografi dan standar hidup di beberapa negara
berkembang menjadi faktor pendorongnya. Berdasar data USDA FAS - Konsumsi
Eropa menyumbang setidaknya 12% dari total konsumsi
dunia. Konsumen utama minyak sawit adalah Cina, India dan Uni
Eropa. Ketiga negara ini tidak menghasilkan minyak sawit mentah dan
pemenuhan permintaan sepenuhnya diambil dari impor. pada tahun 2015 ketiga
negara menyumbang 47,9% impor global;
Secara
global terdapat 3 juta petani yang
terlibat di sektor ini. di Indonesia sendiri setidaknya terdapat 25 juta orang
yang hidup secara tidak langsung dari kelapa sawit (WWF 2011);
Ketiga, Kedatangan
kelapa sawit pertama di Asia Tenggara berasal dari 4 tanaman yang berasal dari
Afrika Barat yang diperkennalkan di Kebun Raya Bogor pada tahun 1848.
Baru kemudian pada tahun 1905, Adrian Hallet memperkenalkan dura yang merupakan
turunan pertama serta ditanam di Sumatera;
Keempat,
Hasil dari penanaman di Sumatera menghasilkan buah dengan kernel yang lebih
kecil namun menghasilkan kandungan mintak yang lebih tinggi. Faktor
ekologis di Sumatera seperti tanah yang lebih subur, curah hujan yang
lebih teratur dan tinggi akan sinar matahari, serta hama penyakit yang lebih
sedikit membuat perbedaan hasil produksi;
Kelima, Di
Indonesia dan Malaysia, smallholder memiliki lebih dari 40% luas perkebunan dan
terus bertumbuh. Pertumbuhan jumlah smallholder terutama petani
independen merubah pola penjualan fruit bunches (tandan buah
segar) yang dikirim ke mills;
Awalnya
penjualan sebatas dilakukan ke mills (satu-satunya) di kawasan, namun seiring
munculnya persaingan pabrik, pengangkut dan pengembang perkebunan yang bekerja
untuk mencari keuntungan merubah pola yang ada;
Keenam,
Kelapa sawit menghasilkan sumber pendapatan yang tinggi bagi kelas menengah
pedesaan. Di Sumatera misalnya, rata-rata pendapatan tahunan per hektar selama
siklus penuh perkebunan mencapai 2,100 euro berbanding dengan sawah
padi yang menghasilkan 200 euro (Feintrenie et al. 2010);
Ketujuh, Perbandingan
pengembalian tenaga kerja (return on labor) lebih ketara, untuk kelapa sawit
mendapat 36 euro per hari per orang berbanding dengan pekerja sawah
padi yang mendapat 1,70 euro per hari per orang (Feintrenie et al.
2010). Smallholder (independen atau terkait dengan agro-industrial
complexes) menghasilkan pertumbuhan pangsa pasar yang signifikan. Meski
smallholder di Indonesia baru diberi kesempatan berpartisipasi pada tahun 1970,
saat ini mereka mengelola 45% dari area tertanam. Di Thailand sekitar 76% dari
perkebunan kelapa sawit dalam usia mature dimiliki smallholder psda 2009 (Teoh,
2010).
Komentar
Posting Komentar