Fakta Sawit - Seri 4


Pembelajaran dari Nigeria

Pada tahun 1960, Nigeria adalah negara no 1 yang memproduksi minyak kelapa sawit. Dari 36 negara bagian yang ada di Nigeria, 24 negara bagian diantaranya menanam kelapa sawit. 
Mayoritas lahan perkebunan kelapa sawit yang tersedia di Nigeria merupakan warisan.
Pembagian luasan wilayah kelapa sawit berdasar RMRDC, 2016:

  1.       Wild grove 2.100.000 hektar è 85%
  2.       Smallholder 350.000 hektar è 10%
  3.       Estate 150.000 hektar è 5%
Produksi rata-rata Nigeria sebesar 1,8 – 2 juta Mt dengan jumlah permintaan dalam negeri sebesar 2,8 juta Mt CPO. 
Dengan kondisi yang ada, terdapat kesenjangan permintaan (konsumsi) dan penawaran (produksi) yang terjadi di Nigeria. Guna memenuhi selisih kebutuuhan yang mencapai +/- 800.000 Mt, Nigeria melakukan impor CPO dari beberapa negara seperti: Indonesia dan Malaysia dengan nilai 560.000.000 dollar tiap tahunnya.

Kondisi Industri Minyak Sawit
Di Nigeria pertumbuhan kelapa sawit dirasakan melambat. Kompleksitas industri dan kebutuhan akan modal besar untuk pengembangan menjadi faktor penyebabnya. 
Penjelasan akan hal tersebut dapat disampaikan sebagai berikut:
Pertama, saat ini dari sekitar 25 – 40 refrineries utama yang ada (kapasitas 3.500 mt/hari) hanya 40% yang mampu berfungsi. Hal ini terjadi akibat usia refrineries yang semakin tua; 
Kedua, kondisi infrastruktur yang tersedia di Nigeria masih kurang baik. Hal ini membuat pengiriman FFB (Fresh Fruit Bunches) menjadi lama sehingga produksi CPO untuk kualitas premium sulit terpenuhi. Dampaknya nilai jual hasil panen petani menjadi menurun; 
Ketiga, terjadinya perang saudara pada rentang tahun 1966 – 1970 telah menggangu ekspansi sejumlah perusahaan dalam industri sawit. Hal ini juga diperparah keluarnya kebijakan pemerintah pasca perang saudara untuk lebih melebarkan ekonomi berbasis minyak bumi (petroleum) yang pada dekade 1970 an mengalami lonjakan harga. 

Upaya Pengembangan Minyak Sawit
Untuk mengatasi kondisi yang ada terdapat sejumlah langkah yang diambil pemerintah Nigeria yaitu: Pertama, mengembangkan Anchor Borrower Scheme untuk membentuk suatu sinergi antara petani, pengolah dan lembaga keuangan; 
Kedua, menerbitkan kebijakan agenda transformasi 2011 - 2014 terkait pengembangan kelapa sawit telah berkontribusi untuk tambahan 100.000 hektar perkebunan; 
Ketiga, Pemerintah melalui bank sentra Nigeria menerbitkan skema pinjaman yang disebut NIRSAL (Nigeris Incentive Based Risk Sgaring System for Agricultural Lending), CACS (Commercial Agricultural Credit Scheme), BOA (Bank of Agriculture) dan BOI (Bank of Industry); Keempat, beberapa pemerintah negara bagian seperti Edo dan Ondo menyediakan lahan seluas 250.000 dan 100.000 hektar untuk pengembangan kelapa sawit. 

Sektor Kehutanan dan Perkebunan
Secara umum di sektor kehutanan dan perkebunan, permintaan kayu komersial di Nigeria terus meningkat. Hal ini terjadi dipicu mayoritas penduduk Nigeria yang masih menggantungkan aktivitas memasak dan menghangatkan badan selama musim dingin dari energi kayu. 
Dalam laporan nasional yang diterbitkan Nigeria disampaikan bahwa telah terjadi kehilangan 81% tutupan hutan dalam rentang waktu 1990 – 2005. Satu-satunya blok hutan yang sampai saat ini masih "utuh" berada di daerah Akampa. 
Dalam laporan tersebut juga disebutkan beberapa penyebab deforestasi seperti: Logging, Ekstrasi minyak dan gas, Produksi tanaman pertanian, Kebakaran, Kebutuhan penggunaan lahan guna pembangunan industri dan hunian, Populasi yang terus bertambah dan Desertifikasi. 
Dengan kondisi yang ada, saat ini Nigeria tengah berjuang untuk terus mengembangkan sektor kehutanan agar dapat ditarik untuk pengembangan ekonomi yang lebih berkelanjutan melalui pengembangan kelapa sawit.




Komentar