Jerusalem

Jerusalem adalah salah tanah penting dalam sejarah 3 agama besar dunia.Dinamika perebutan tanah "terjanji" seolah menjadi cerita berulang yang terus terjadi dari generasi ke generasi.

Mark Twain dalam salah satu tulisannya tahun 1867 pernah menulis "Jerusalem telah kehilangan masa lalunya dan menjadi kampung mengenaskan".

Tragedi tanah "terjanji" telah dimulai sejak tahun 1000 SM, kala kota itu direbut Daud dari tangan Jebusit.

Dalam kisah yang tertulis, Daud dikisahkan mampu mengalahkan Jebusit dalam peperangan singkat.

Setelah Daud berkuasa, kondisi kota menjadi sedemikian semarak dengan geliat daya tarik yang terus mempesona. Bahkan kisah peletakkan 2 LOH BATU terjanji dari Allah menjadi cuplikan sejarah tersendiri.

Dalam perjalanan selanjutnya, penggantian tampuk kuasa pun berjalan sedemian mulus hingga pengganti Daud yaitu Salomo berkuasa. Namun sesaat setelah Salomo meninggal, kondisi damai yang selama ini terjadi kembali memudar.

Perpecahan Jerusalem menjadi dua wilayah kerajaan (Kerajaan Yehuda dan Kerajaan Israel) menjadi petanda awal. Selanjutnya dalam hitungan tahun, wilayah tersebut dengan mudah dapat ditaklukan penguasa Assira, Raja Tiglath-Pileser III pada tahun 722 SM.

Memasuki abad 21-pun perebutan di tanah Jerusalem terus terjadi. Awal cerita dimulai pada 9 Desember 1917, saat Pemerintah Inggris selaku penguasa tanah "terjanji", melalui Menteri Luar Negeri, Arthur Balfour mengirimkan sinyal kepada Lord Rothschild, seorang Yahudi kaya untuk membentuk rumah bagi bangsa Yahudi di Palestina.

Tahun 1949,Israel mendeklarasikan dirinya sebagai negara merdeka. Wilayah negara kala itu mencakup Jerusalem Barat dan pada tahun 1967, Israel secara sepihak mencaplok Jerusalem Timur yang sebelumnya dikuasai Yordania.

Jalan Panjang Menuju Perdamaian
Usaha mendamaikan para pihak yang berkonflik di tanah Jerusalem bukannya tidak pernah dilakukan. Jerusalem yang oleh Karen Amstroong disebut sebagai "satu kota tiga iman". pernah mendapat kunjungan Presiden Mesir, Anwar Sadat pada 19 November 1977.


Sadat saat itu tercatat sebagai pemimpin Arab pertama yang menjejakkan kakinya di tanah terjanji sejak pecahnya perang. Bahkan peristiwa datangnya Sadat diungkapkan, Ezer Weizmann, Menteri Pertahanan Israel kala itu sebagai salah satu perjalanan terbesar dunia di abad 21, selain perjalanan manusia ke bulan.

Buah dari kunjungan Sadat ialah ditandatanganinya Perjanjian Camp David pada 17 September 1978. Perjanjian tersebut ditandatangani Perdana Menteri Mesir, Anwar Sadat dan Perdana Menteri Israel, Menachem Begin disaksikan Presiden AS, Jimmy Carter.

Terdapat 2 dokumen yang ditandatangani kedua kepala negara, yakni A Framework for Peace in midle east dan A Framework for the conclusion of peace treaty between Egypt and Israel.

Namun naas, dinamika menuju kondisi damai seolah kembali menjadi mimpi, pada tanggal 6 Oktober 1981, Sadat tewas diberondong peluru dan granat pasukan tentara mudanya.

Terjebaknya Israel dalam gelombang Apartheid
Apartheid berasal dari kata "apart" yang berarti memisah dan "heid" yang memiliki arti sistem atau hukum. Secara sederrhana Apartheid dapat diartikan sebagai sistem pemisahan ras oleh pemerintah kulit putih di Afrika Selatan. Prkatik ini jamak berkembang pada awal abad ke 20 hingga tahun 1990.

Runtuhnya sistem apartheid telah menjadi penanda sejarah tersendiri dari makna hidup manusia. Peristiwa tersebut juga melahirkan sosok manusia luar biasa bernama Nelson Mandela. Namun apa daya, kemajuan pesat teknologi dan sistem berpikir manusia tetap meninggalkan noda pada era di sisi wilayah pemerintahan lainnya.

Pada tanggal 19 Juli 2018 secara mengejutkan Knesset (Parlemen Israel) mengesahkan UU yang hanya memberi hak kepada Yahudi dalam menentukan masa depan negara Israel.

Dalam UU yang disahkan tersebut, Israel ditegaskan sebagai negara historis nagi rakyat Yahudi dan masa depan negara Israel hanya ditentukan rakyat Yahudi saja. UU tersebut juga menhapus bahasa Arabsebagai bahasa kedua Israel setelah bahasa Ibrani.

UU ini didukung 62 orang dari 120 anggota parlemen.

Hal ini tentunya mengejutkan mengingat dari 9 juta penduduk Israel, sebanyak 17,5% merupakan keturunan Arab yang sebenarnya telah lama mengelukan tindak diskriminasi.

UU ini bukanya hanya mencederai kondisi saat ini, tapi juga melecehkan kesepatan yang dibuat antara presiden AS Harry S Truman dan David Ben Gurion tentang negara demokrasi Israel untuk semua rakyat yang berada di wilayah negara tersebut. UU tersebut justru menjadi perwujudan impian besar pendiri gerakan Zionis, Theodore Herzl tahun 1896 yang ingin melihat negara khusus untuk rakyat Yahudi.

Mari kita menunggu kabar selanjutnya

Komentar