Party Political Communication II Political public relations


Diskursus mengenai public relation dalam konteks poltik telah dimulai sejak awal abad ke-20. Ragam peristiwa yang terjadi di Amerika Serikat seperti pemilihan presiden tahun 2008 dan pemilihan umum di Inggris tahun 2010 disinyalir memiliki pengaruh yang kuat dalam membentuk teknik public relation yang berkembang belakangan.

Iklan sebagai sarana komunikasi politik memiliki kelemahan mendasar dalam konteks efektifitas akibat terbatasnya kemampuan persuasi dari pesan yang disebarkan dan diterima. Oleh karena itu dalam beberapa proses, penerima  pesan memiliki kecenderungan mengambil jarak, bahkan menolak pesan yang disampaikan.


Dampak dari sifat pesan yang demikian, politisi pada dekade ini mencari cara lain untuk menyampaikan pesan secara lebih efektif.
Setidaknya terdapat 4 jenis aktivitas hubungan masyarakat dalam bidang politik:
1.      Media Bebas (Free Media)
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk membangun hubungan masyarakat dapat dilakukan para aktor politik dengan mendorong lahirnya media bebas, sebagai lawan dari saluran media berbayar (Levy, 1989). 
Konteks “'media bebas” yang dimaksud disini ialah dimensi ruang di mana para aktor politik dapat memperoleh liputan, tanpa harus membayar organisasi media. Namun apabila hal ini dikaji lebih mendalam, kehadiran media bebas itu bukanlah tanpa biaya sama sekali. 
Untuk mencapai posisi yang ideal (baca: bebas biaya), para aktor politik dalam suatu kondisi tertentu memilih untuk meng-hire penasihat public relation untuk membangun komunikasi dengan media massa. Politisi pun secara umum lebih menyukai gagasan mengenai “media gratis” karena posisi para politisi ini memiliki kedudukan yang lebih terhormat dibanding mereka harus “merogoh kocek” untuk membeli iklan.
2.      Manajemen Citra
Merupakan rangkaian upaya untuk membentuk citra politisi agar kondisi yang tercipta dapat berjalan sesuai dengan tujuan organisasi yang diwakilinya, serta mampu membangun citra organisasi.
Dalam manajemen citra yang dilakukan, para aktor politik  dinilai bukan semata dari apa yang mereka katakan dan lakukan tetapi bagaimana mereka mengatakan dan melakukannya.  
3.      Komunikasi internal dalam organisasi
Komunikasi yang efektif dibutuhkan dalam memilih kanal untuk menyalurkan pesan internal, koordinasi dan bagaimana menangani umpan balik.
Sejarah mencatat bahwa kegagalan untuk menempatkan saluran komunikasi mengakibatkan bencana dalam public relation yang juga dapat berimplikasi pada kegagalan pemihan umum. Kasus ini dialami Partai Buruh di Inggris pada tahun 1983.
4.      Manajemen Informasi oleh Pemerintah
Informasi merupakan elemen penting dalam politik untuk dikelola penyebaran dan pembentukan opini publik. Steinberg (1958) mendefinisi komunikasi pemerintah sebagai teknik yang digunakan pejabat dan agensi pemerintah untuk memberi informasi kepada publik. 

Manajemen media dalam politik dilakukan untuk mengontrol, memanipulasi dan mempengaruhi media untuk tujuan politiknya. Melalui 4 aktivitas sebagaimana dijelaskan diatas, politisi hari ini menjadi semakin ahli dalam mengeksploitasi media.

Kaitan dengan fenomena sosial/komunikasi:
Keluarga menjadi sel terkecil dalam sistem sosial yang menarik perhatian khalayak dalam menilai suatu tokoh tertentu di gelanggang politik nasional. Konsep keluarga yang harmonis masih menjadi pertimbangan beberapa kelompok dalam memilih pemimpin mereka.

Menjelang pemilihan presiden dan wakil presiden periode 2019 - 2024 para calon presiden dan wakil presiden yang bertarung mencoba menampilkan keluarga masing-masing untuk sekedar “menggaet” dan menjangkau khalayak. Hal ini misalnya dilakukan Jokowi dengan mengundang “awak” media ke Istana Bogor untuk merekam aktivitas presiden bersama keluarga atau sekedar merekam aktivitas bermain presiden dengan sang cucu, Jan Ethes.

Hadirnya sosok keluarga dalam kampanye politik bukanlah sesuatu yang baru, Barack Obama, Presiden ke-44 Amerika Serikat dan Justin Trudeau, Perdana Menteri ke–23 Kanada juga sering terihat mengunggah foto kebersamaan dengan keluarga. 

Tren mengunggah foto dan video keluarga ke dalam sosial media merupakan salah satu ciri khas dari pemimpin dunia saat ini, hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Alex Marland dengan judul “Political Photograpy, Journalism and Framing in the Digital Age: The Management of Visual Media by the Prime Minister of Canada sebagaimana dikutip dalam Tirto.id yang menyatakan bahwa dalam era digital, jurnalisme politik telah berubah dari teks menjadi gambar dimana keberadaan humas yang ada di dalamnya berperan untuk membatasi akses ke pemimpin politik dalam merencanakan, memproduksi, menyeleksi dan mendistribusikan foto dan video yang menguntungkan bagi mereka.

Komentar